TOKOH KITA : SUNARIO SASTROWARDOYO
Sobat SN pernah dengar nama Sunario Sastrowardoyo? Jikalau Dian Sastrowardoyo,
pernah kan pastinya? Iya, Dian Sastrowardoyo, seorang artis film wanita nasional
dari tanah air kita, Indonesia. Mereka memiliki
kekerabatan keluarga dan Dian Sastrowardoyo sendiri adalah cucu dari Prof. Mr.
Sunario Sastrowardoyo. Tapi kali ini, kita kenalan lebih dekat lagi yuk dengan
Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo supaya kita dapat meneladani sosoknya dan bermacam-macam
prestasi beliau.
PROFIL DAN PENDIDIKAN
Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo lahir di Madiun, Jawa Timur pada tanggal 28
Agustus 1902. Beliau adalah putra pertama dari pasangan Sutejo Sastrowardoyo
dan Suyati Kartokusumo. Beliau menempuh pendidikan di Frobelschool (sekolah
taman kanak-kanak) Madiun pada tahun 1908. Sesudah lulus dari Frobelschool,
beliau melanjutkan sekolah dasar Europeesche Lagere School (ELS) Madiun di
tahun 1909 – 1916.
Sesudah menuntaskan pendidikan di
ELS, Sunario Sastrowardoyo melanjutkan sekolahnya ke MULO, singkatan dari Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (sejenis dengan Sekolah Menengah Pertama) di Madiun.
Beliau mencari ilmu di sini hanya 1
tahun, dan pada tahun 1917 beliau pindah ke Rechtschool (setingkat dengan SMK/
Sekolah Menengah Kejuruan Hukum di Batavia. Tak hanya belajar hukum saja, namun beliau juga belajar bahasa Prancis dan
menjadi anggota Jong Java.
Sesudah menuntaskan pendidikannya di Rechtschool, beliau melanjutkan
pelajarannya ke Universitas Leiden Belanda dan menempuh kuliah doktoral. Pada
tahun 1925 beliau meraih gelar Mr. atau Meester in de Rechten yang artinya pakar
dalam ilmu hukum. Beliau mendapatkan ijazah pada tanggal 15 Desember dan
ditandatangani oleh Prof. C. van Vollenhoven dan Prof. N.Y. Krom. Selama di Belanda,
Beliau menjadi anggota Perhimpunan Indonesia.
PRESTASI
Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo merupakan salah satu tokoh yang berperan
aktif dalam dua momen yang menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan
Konggres Pemuda II. Sesudah meraih gelar Meester in de Rechten dan pulang ke
Indonesia, beliau aktif sebagai advokat dan membela para penggiat pergerakan
yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Beliau juga menjadi pembicara
dengan makalah "Pergerakan Pemuda
dan Persatuan Indonesia" dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 yang
melahirkan Sumpah Pemuda.
Pada tanggal 1 Agustus 1955, beliau menjabat sebagai Menteri Luar Negeri hingga
tanggal 24 Juli 1955. Selama masa jabatannya sebagai MenLu, beliau menjabat
sebagai Ketua Delegasi RI dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun
1955 dan juga menandatangani Perjanjian perihal Dwi kewarganegaraan etnis Cina
dengan Chou En Lai.
Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo juga pernah menjabat sebagai Duta Besar
RI untuk Inggris dalam jangka waktu 1956 - 1961. Sesudah itu beliau diangkat
sebagai guru besar politik dan hukum internasional, lalu menjadi Rektor
Universitas Diponegoro, Semarang (1963-1966) dan menjadi Rektor IAIN Al-Jami'ah
Al-Islamiyah Al-Hukumiyah (1960-1972) yang kini bernama UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta serta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selain Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo,
masih banyak lagi figur-figur, pahlawan-pahlawan ataupun tokoh-tokoh yang berprestasi dan dapat
merubah dunia. Tunggu profil dan cerita
dari Tokoh Kita berikutnya ya.